Thursday, March 16, 2017

Pandangan Hidup Remaja




Kehidupan masa depan yang membentang sangat luasan tak dapat digambarkan sama sekali kemana ujungnya. Seorang remaja kelahiran tanah Borneo, memiliki cara pandang tersendiri mengenai kehidupan. Jauh dibelakang waktu yang dahulu, kisah lalunya mampu membuatnya bertahan kokoh dijalan yang sedang ia jalani. Melanjutkan semua perjalanan yang penuh harapan akan kehidupan yang penuh kebahagiaan. Mengejar masa depan yang cemerlang, masa depan idaman semua orang.

Hingga saat ini, kakinya terus melangkah. Tangannya seolah mengepakkan sayap untuk bisa terbang melihat dunia yang lebih luas. Pandangannya selalu kedepan, meski sesekali harus melihat kebelakang untuk mengambil pelajaran yang tersisa. Langkah-langkah kaki ini adalah bukti dari ketekunan dan kesabarannya. Ia pun harus pergi ke pulau seberang. Membawa beberapa misi dan tujuan. Melewati sekumpulan manusia, bertemu dengan kawan lama yang terlahir juga sebagai manusia. Ia pun menyapa kawan lamanya.

“ Assalamualaikum, bro. Lama sudah tak bertemu, bagaimana kabarmu ?”

“waalaikumussalam.Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Jadi bagaimana sekarang ?”

“ Ya begitulah, tampaknya aku harus berada beberapa waktu di kota ini untuk sedikit memperdalam ilmu.”

“Kalau begitu, mari pulang kerumahku dulu. Kita istirahat dulu disana.”

Sebuah perjalanan yang cukup panjang. Mengantarkannya ke pulau seberang untuk menyambung tali silaturahim dan menimba ilmu untuk memepersiapkan masa depannya. Hilir mudik kendaraan kota dengan keindahan pemandangannya yang kata kebanyakan orang mampu menghipnotis mata siapa saja yang memandang, kini ia pun merasakannya. Ialah kota Jogjakarta. 

Sepanjang perjalanan, ia memandang para pedagang yang berjejeran disepanjang jalan trotoar. Ada pula yang bertempat di kios-kios. Terlihat laris manis. Meskipun tampak untungnya tak melimpah, namun tampak rona bahagia itu terpancar dari setiap wajah orang-orang yang berjualan itu. Memang miris rasanya jika kehidupan ini harus dipandang hanya untuk sebuah kata “uang”. Itu tergambar dari berjejernya para pedagang bahwa mereka membutuhkan “uang”. Sampai ada yang duduk mematung, menunggu pelanggan atau pembeli baru hingga larut malam. Meskipun sejatinya mereka sangat menginginkan keuntungan yang melimpah ruah, namun apakah itu mungkin bagi seorang pedagang kecil ?. Keinginan itupun mampu tertutupi dengan rona wajah mereka yang terlihat senantiasa tersenyum.

Akhirnya, ia pun tiba dirumah temannya itu. Setelah istirahat beberapa waktu, malamnya pun mereka pergi keluar untuk menikmati suasana kota Jogja. Mereka pun memilih sebuah warung angkringan untuk sejenak berbincang sebagai bentuk pelepas rindu karena sudah lama tak bertemu.
 
“ Kita singgah di warung angkringan pak’de saja ya, minum wedang kopi dulu disini.”

“ Yasudah, aku ngikut saja.”

Mereka pun memesan beberapa minuman dan mengambil beberapa makanan/jajajan yang tersedia. Tampak makanan dengan sajian sederhana menghiasi meja. 

“Ambil saja yang banyak, disini murah kok harganya. Tenang saja, gak bikin kantong kering. Hehe.” Kata temannya.

“ Lhaa emangnya harga berapaan?.” Jawabnya.

“Paling mahal juga dua ribu lima ratus, tuh sate kikil yang lumayan mahal. Yang lainnya ada yang lima ratusan.”

Akhirnya setelah mengambil beberapa makanan, mereka pun memilih duduk lesehan disebuah tikar yang telah disediakan diatas trotoar. 

“ Kalau ketemu ente, bro.. aku jadi teringat impian kita waktu jaman SMP dulu. Impian kita yang mau buat pesawat itu loo.. kayak si wright bersaudara.HAHAHAHAHA....”

“ Bahahahak.. iya juga yaaaa. Kok gak jadi-jadi pesawatnya. Lagian siapa suruh kamu pindah ke jawa, kan jadinya kita jarang ketemu.”

“Lhaa mau gimana lagi, aku ngrasa pendidikan disana jauh tertinggal daripada disini. Makanya aku putuskan untuk pindah, lagian ada keluarga juga disini.”

“ Iyaa yaa, aku juga dulunya pengen tuh SMA dipulau jawa, di kampung Bapak ku. Cuma waktu itu gak dapat restu dari Ibu, katanya jangan sekolah jauh-jauh. Takut rindu kali.”

“ Wah sayang sekali bro, padahal disini etos pelajarnya untuk menimba ilmu sangat besar sekali. Pastiya lebih menantang, apalagi ente kan pintar tuh.”

“ Ahh.. kamu bisa saja.”

Memang salah satu impiannya adalah bisa menikmati dunia pendidikan di pulau Jawa. Menurutnya pendidikan disana lebih baik, lebih seru, dan lebih menjanjikan masa depan yang cemerlang. Disana juga ia bisa mendapatkan pengalaman baru, kawan-kawan baru, sehingga padangannya akan kehidupan bisa menjadi lebih luas. Namun kehidupan berbicara lain, hingga saat dibangku perkuliahan pun ia belum bisa menikmati pendidikan di pulau Jawa. 

Setelah berbicara sambil bernostalgia tentang mimpi-mimpi mereka dahulu, akhirnya mereka pun memilih untuk pergi ke tempat lain. Tujuan mereka kali ini adalah taman kota. Tampak riuh sekali disana. Tak hanya wisatawan, pedangan, atau hanya orang-orang yang sekedar lewat , disana juga ada beberapa komunitas yang sedang berkumpul. Memainkan keahlian komunitas mereka masing-masing. Ada yang bermain musik, skateboard, sepeda onthel, maupun yang lainnya. Mereka pun sangat menikmati suasan taman kota malam itu.

“ Bro, coba ente lihat disini orangnya pada ramah-ramah kan. Mereka mau untuk saling membaur satu sama lain. Berbagai profesi, golongan, suku semua menjadi satu.”

“ Iyaa yaa bro. Sama seperti di kampung halaman kita di tanah borneo sana. Walaupun disini lebih terasa, rasa kekeluargaan dan persaudaraannya antar sesama bangsa Indonesia.”

Menurutnya, kehidupan bermasyarakat di pulau Jawa ini lebih terasa akrab dan ramah sekali. Meskipun terbilang baru beberapa waktu ia disana, namun ia sudah bisa merasakan rasa kekeluargaan itu. Semua golongan mau untuk berbaur menjadi satu. Berkumpul dan bercerita tentang kisah mereka masing-masing, agar satu sama lain bisa mengambil pelajaran darinya. 

Tak disangka, mereka bertemu salah seorang guru temannya. Guru ini sangat terkenal sekali dengan kecerdasannya akan ilmu Fisika. Guru ini memiliki pandangan tentang kehidupan yang luas, walaupun usianya masih terbilang muda. Ia pun berkenalan dengan guru kawannya itu, Mas Efbe namanya.  

Mereka pun akhirnya memilih salah satu warung lesehan untuk mengobrol tentang kehidupan, impian dan masa depan. Merekapun silih berganti bercerita dan saling menanggapi. Saling memberi masukan dan memiliki catatan tersendiri akan pelajaran yang dapat mereka ambil dari cerita masing-masing.
Akhirnya dari sekian banyak cerita yang mereka kemukakan, Mas Efbe pun memberikan suatu kesimpulan. Kesimpulan yang sangat mereka setujui satu sama lain. Mas Efbe berkata, 

Hidup ini terlalu singkat untuk hanya sekedar menjadi manusia yang biasa-biasa. Jadilah Luar biasa, berproseslah, dah bermanfaatlah. Karena hidup itu baru akan terasa maknanya hanya dengan bertaqwa dan bermanfaat.”

Akhirnya mereka pun pulang, dengan keadaan taman Kota sudah cukup sepi malam itu. Namun tidak dengan semangat mereka untuk mewujudkan impian yang semakin berkobar dan siap untuk diwujudkan.

Pontianak, 15 Maret 2017







Friday, July 10, 2015

Dear Putih ;
"Entah ini rasa apa. Sayang, suka, cinta, ataukah hanya nyaman saja? Aku tidak terlalu mengerti. Yang jelas aku ingin tidak terlalu mencintaimu, tapi aku juga tidak ingin kau jauh."

-  Itam

Friday, January 9, 2015

Keputusan

Untuk kali ini, biarkan aku sejenak melepas diri.

Keputusan . Yaa , laki-laki sering disibukkan dengan mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya tentang hal apapun itu. Aku pernah dihadapkan beberapa masalah yang bagiku besar dampaknya jika aku salah dalam mengambil keputusan. Lebih tepatnya ketika aku harus memutuskan untuk melanjutkan studi dimana. Aku (masih) punya mimpi besar hingga saat ini untuk melanjutkan studi diluar kalimantan, ntah itu di Indonesia atau diluar negeri.

Sebelumnya, aku ini termasuk orang yang (mungkin) lebih banyak tau tentang kehidupan didalam keluargaku. Sejak salah satu dari kami telah berpulang, aku harus mengubah banyak rencanaku dimasa depan. Dan itu harusnya tidak mudah dilakukan untuk remaja seusiaku kala itu.

Yaa.. keputusan untuk melanjutkan studi adalah salah satu rencana yang harus berubah. Dengan banyak pertimbangan besar yang sudah aku prediksikan sebelumnya. Yaa ... aku merasa kami akan kehilangan seseorang lagi , dia adalah imam kami. Aku nya hingga saat ini masih belum siap menggantikan peranannya.

Sedih , jangan tanyakan lagi . Aku hanya punya  cara tersendiri untuk mengatasi perasaan ini. " Tidak ada seorang makmum pun yang menginginkan imam nya pergi"

- Mau kemana ? Dia bersamamu dan jangn pernah meninggalkan-Nya

Dari Tempat Paling Rahasia
Sabtu, 10 Januari 2015
- Marsudi Utomo

Monday, December 15, 2014

Peranan Media Massa Pada Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Pelajar


Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu - individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya menggunakan bunyi, yang diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di antara angota - anggota masyarakat, serta menggunakan pemprosesan simbol - simbol vokal dengan makna konvensional secara arbitrer. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain. Perlu kita ketahui untuk berkomunikasi antar suku bangsa diperlukan bahasa nasional. Berdasarkan isi dari Sumpah Pemuda bahasa nasional dan bahasa kesatuan negara Indonesia adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional dan alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Ketentuan ini tercantum dalam UUD 1945 pasal 36 yang isinya “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”. Dari pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dan alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan pembangunan. Selain itu, dalam rumusan seminar politik bahasa tahun 1999, disampaikan juga bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa, pendukung sastra Indonesia, serta pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Seiring dengan maraknya globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada kalangan pelajar secara perlahan mulai diabaikan. Hal ini akan memengaruhi eksistensi bahasa Indonesia. Banyak para pelajar menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Para pelajar justru lebih suka menggunakan bahasa yang mereka buat sendiri dan menganggapnya lebih modern. Mereka tidak hanya menggunakan bahasa ini untuk percakapan  atau sebagai bahasa lisan tetapi juga sebagai bahasa tulis dalam menyampaikan pesan singkat ( sms ) dan interaksi dalam media sosial. Bahasa yang telah dimodifikasi dikenal dengan sebutan bahasa alay. Bentuk – bentuk dari bahasa alay tersebut antara lain, penggabungan huruf dan angka, penggabungan huruf dan tanda baca, penggabungan fungsi konsonan dan vokal, penyingkatan kata yang tidak sesuai kaidah dan penyerapan bahasa asing yang tidak sesuai kaidah. Trend inilah yang membuat pelajar sekarang hanya sedikit yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tidak hanya bahasa alay, penggunaan bahasa gaul oleh sebagian pelajar telah mendarah daging dalam komunikasi sehari-hari. Terlebih lagi, para pelajar menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi di sekolah, kampus, dan tempat-tempat lainnya. Para pelajar menggangap bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar terkesan terlalu kaku dan sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, bahasa gaul terasa nyaman dan santai digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan dianggap tidak ketinggalan zaman. Padahal, tanpa disadari kebiasaan tersebut menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara merosot kualitasnya.
Bahasa Indonesia dituntut untuk membuka diri terhadap perkembangan zaman. Hal ini telah dirumuskan dalam kebijakan bahasa nasional yang merupakan hasil dari seminar politik bahasa tahun 1999 tentang bahasa asing (bahasa Inggris). Pada kebijakan itu, disebutkan bahwa bahasa asing dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia.Akibatnya, kosakata bahasa Indonesia semakin banyak berasal dari bahasa asing. Oleh karena penyerapan yang tidak sempurna oleh orang awam khususnya pelajar, penggunaan bahasa Indonesia bukanlah yang baik dan benar melainkan bahasa asing versi utuh. Keadaan ini semakin diperparah dengan maraknya penggunaan bahasa asing di sekolah terutama bahasa Inggris. Padahal, euforia berbahasa asing guna  internasionalisasi pendidikan Indonesia bertolak belakang dengan undang – undang, khususnya UU No 24/2009. Menurut Dendy Sugono, seorang peneliti bahasa, internasionalisasi standar pendidikan seharusnya menyentuh mutu pendidikan dan wawasan para siswanya, tak sebatas pada penggunaan bahasa asing di sekolah.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam media massa juga sangat mempengaruhi kebiasaan berbahasa para pembaca media massa khususnya pelajar. Jika bahasa Indonesia yang digunakan dalam media massa tersebut tidak sesuai dengan kaidah, hal ini akan merusak penggunaan bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan, penggunaan bahasa Indonesia dalam media elektronik seperti radio dan televisi khususnya siaran infotaimen sangat buruk, apalagi dalam siaran langsung. Hal ini terjadi karena pada saat siaran langsung tidak ada peran penyunting untuk memperbaiki penggunaan bahasa Indonesia. Keadaan yang berbeda dengan surat kabar yang selalu disunting oleh redaktur penyunting, sehingga kualitas penggunaan bahasa Indonesianya sudah lebih baik.
Para pelajar dapat saja menyimpulkan bahwa bahasa yang dipakai di media itu adalah bahasa yang digunakan secara nasional setelah berinteraksi dengannya. Buktinya, di berbagai forum, pertemuan, dan perkumpulan komunitas lebih sering memakai bahasa gaul dan alay daripada bahasa Indonesia. Contoh lain terlihat pada saat seorang pelajar bertanya kepada orang yang belum dikenalnya. Dapat dipastikan dengan akurat bahwa ia akan menggunakan bahasa gaul untuk bertanya. Bukan bahasa Indonesia, bahasa persatuan negaranya.
Media massa dapat berfungsi sebagai alat pembinaan bahasa Indonesia yang cukup efisien, apalagi kepada para pelajar. Hal ini dikarenakan ianya dianggap sebagai sarana yang paling tepat. Pelajar lebih sering dan mudah berinteraksi dengan khalayak secara nasional. Jika yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar, berarti secara tidak langsung pelajar telah diarahkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kebiasaan bergelut dengan media massa yang menerapkan pemakaian bahasa Indonesia sesuai kaidah diharapkan dapat memberi titik terang kepada para pelajar. Contohnya yaitu pada majalah. Jika berbagai majalah  memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, pasti bahasa Indonesia yang baik dan benar akan tersosialisasi secara tidak langsung kepada para pembacanya, khusunya pelajar. Tak terkecuali menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar yang disampaikan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara tidak langsung akan membentuk sikap cinta pada bahasa Indonesia. Selanjutnya, sikap senang mendengarkan radio, menoton televisi atau membaca surat kabar secara bertahap akan menumbuhkan kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik dalan wujud lisan maupun tulisan.
Lingkungan pendidikan ikut berperan penting dalam upaya pembinaan penggunaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk menanamkan pemahaman dan kecintaan dalam diri pelajar terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pemerintah perlu membuat kebijakan mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa depan akan meningkat. Pada akhirnya, diharapkan generasi muda akan menjadi penutur-penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Perubahan memang sulit, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Seperti kata-kata mutiara berikut ini : “Cinta dan kasih sayang akan menjulang lebih tinggi jika kita kehilangan. Tunas-tunas rasa akan bermunculan seiring rasa cinta dan kasih sayang agar kita tidak kehilangan”. Hal ini pernah berlaku untuk salah satu asset negara kita, yaitu batik. Mengapa tiba-tiba kita mencintai batik? Karena kita menyadari adanya rasa takut kehilangan batik sebagai warisan budaya bangsa. Begitu juga untuk pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai kaidah (baik dan benar). Namun, kapan kita bisa mencintai bahasa Indonesia? Apakah  menunggu sampai orang lain mengakui bahasa mereka, barulah kita mencintai bahasa Indonesia? Kita tentu menjawab tidak. Oleh karena itu, marilah kita sebagai pelajar lebih mencintai bahasa Indonesia sebagai wujud bangga atas bahasa pemersatu, bahasa Indonesia.
Setiap pelajar harus mulai mengunakan bahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang dianjurkan. Mereka sudah sewajarnya mengikuti aturan yang ada sehingga penggunaan bahasa alay dan gaul bisa kembali tergantikan dengan bahasa Indonesia. Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar mereka tidak perlu takut akan dianggap kuno, ketinggalan jaman, bahkan ndeso yang berarti kampungan.
Para pelajar harus mulai mengerti dan memahami pentingnya berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jika hal itu diterapkan, maka akan berdampak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia di negara ini. Antara lain, pelajar akan mudah untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena di sekolah maupun ditempat kerja nanti kita diharuskan untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tidak mungkin jika ulangan atau tugas dikerjakan menggunakan bahasa alay atau bahasa gaul. Selain itu, penggunaan bahasa alay atau bahasa gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang dimaksud. Bahkan bisa terjadi kesalahpahaman antar orang yang berkomunikasi atau bisa saja terjadi salah persepsi, karena sulit dipahami saat bahasa tersebut digunakan sebagai pengucapan dan sulit dibaca saat digunakan sebagai penulisan. Karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay atau gaul tersebut. Hal itu sangat memusingkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk sekedar memahaminya.

Meningkatnya penggunaan bahasa alay dan bahasa gaul oleh pelajar akan mengakibatkan dampak berupa, bisa jadi suatu saat nanti anak cucu kita (masyarakat) sudah tidak lagi mengenal bahasa baku dan tidak lagi memakai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) sebagai pedoman dalam berbahasa, kemudian menganggap remeh bahasa Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan pelajar bahkan dikalangan anak-anak. Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, harusnya mampu menjadi tonggak dalam mempertahankan bangsa Indonesia ini. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga, melestarikan, dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi, “Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dikalangan pelajar mesti digalakkan secara intensif, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional yang artinya  bahasa tersebut merupakan bahasa pengantar sehari-hari. Seharusnya para orangtua juga mengajarkan pada anak-anaknya sejak dini, sehingga anak lebih memahami penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indnesia itu ke arah yang positif. Usaha itu antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan dalam berbahasa Indonesia. Pertahankan  identitas bangsa dengan menggunakan bahasa Indinesia yang baik sebagai pemersatu masyarakat Indonesia sehingga akan meningkakan martabat bangsa.

Saturday, August 2, 2014

Menyelesaikan Diri Sendiri

Sebelum memulai kebersamaan. Aku harus menyelesaikan urusanku terhadap diriku sendiri terlebih dahulu. Karena aku tidak ingin membawa urusanku sewaktu kita duduk bersama dan berjalan bersama. Agar kita —terutama aku— tidak sibuk mengurus urusanku ketika kita telah memulai perjalanan. Hingga urusan itu menghambat langkah kita untuk maju.

Sebelum kita berjalan bersama. Biarkan aku sibuk sendiri dengan diri ini. Aku bisa menyelesaikannya dan kamu cukup tenang dan jalani hidupmu sebagaimana biasanya. Tidak perlu sibuk khawatir dan mencemaskan keberadaanku. Bila pun aku tak kunjung selesai, kamu bisa memulai langkahmu lebih dulu. Tidak perlu menungguku. Aku juga tidak memintamu untuk menunggu, kan?

Sebelum memulai kebersamaan. Aku akan menyelesaikan urusan-urusanku yang belum selesai. Seperti urusanku terhadap masa lalu, terhadap keluarga, terhadap impian, terhadap orang-orang lain (yang ternyata aku memiliki salah), terhadap agamaku, dan urusan-urusan lain. Karena aku tidak mau langkah kita nanti berkali-berkali berhenti. Tertahan karena urusan-urusanku yang terbengkalai.

Berjalanlah sebagaimana kamu berjalan. Tidak perlu melihatku dengan rasa kasihan. Aku tidak perlu dikasihani. Perjalanan kita saat ini belum bertemu. Tidak perlu berusaha memaksakan dirimu untuk mengambil jalan yang sedang aku tempuh. Selesaikanlah urusan kita masing-masing terhadap diri kita sendiri terlebih dahulu. Sebab bagiku —dan aku harap bagi kita juga— waktu ketika bersama jangan sampai terganggu dengan urusan lama kita. Karena aku percaya, langkah kita tidak akan berhenti sampai di sini. Meski kita sama-sama tahu, mungkin saja perjalanan kita tidak akan bertemu. Tapi kita akan sama-sama belajar.

[ untuk setiap orang yang merencanakan hidup bersama dengan orang lain, selesaikanlah urusanmu terhadap dirimu sendiri terlebih dahulu :) ]
- (c) 

Tuesday, April 22, 2014

Dari Tempatku Menulis Puisi



Dear , Bunda

Dari tempatku menulis puisi
Ada kenangan yang masih melintas
Sekilas bayangan
Seperti dekat namun ingin pergi

Dari tempatku menulis puisi
Didinding kamarku fotomu masih setia menghiasi
Kau tersenyum didepanku penuh arti

Dari tempatku menulis puisi
Terlintas sebuah senyum bahagia
Senyum yang berkata “aku sayang kamu
Selalu kusimpan sebagai teman sepi
Kuingat kau berkata “kau tak pernah sendiri

Dari tempatku menulis puisi
Aku selalu mengingatmu
Berharap kita masih seperti dulu
Berharap kau berkata
“Akan kuusahakan semuanya untukmu, sayang”

Tapi kutahu
Cinta adalah melepaskan apapun yang melekat padamu
Membiarkanmu terbang menuju kedamaian
Membiarkanmu pergi dalam pelukan damai-Nya
Dalam pelukan kebahagiaan yang dijanjikan-Nya

Aku akan menulis puisi lagi dan lagi
Agar hatiku terasa tenang
Agar kau tetap diingatan
Karena sungguh aku ingin kau kembali ada
Walau tidak didunia ciptaan-Nya

Anjungan, 25 Juli 2013
10 : 48 PM

Monday, April 7, 2014

Yang Hilang Sewaktu-Waktu

Karena aku mencintai yang sewaktu-waktu pergi, yang sewaktu-waktu diambil. Aku belajar bagaimana caranya melepaskan. Aku belajar bagaimana menyikapi kepergian.

Aku belajar mengosongkan diri dari apapun yang memenuhi. Hingga setiap ruang dalam hati terasa lebih lapang dari biasanya. Lalu mengisinya lagi dengan lebih tertata dan bijaksana.

Karena aku mencintai yang sewaktu-waktu mati, yang sewaktu-waktu harus hilang. Aku belajar tentang kesendirian. Betapa hidup dalam diri sendiri begitu meresahkan.

Aku belajar bagaimana membuat hari-hari terasa lebih lapang. Selalu siap dengan kehilangan. Selalu siap dengan kepergian. Sebab aku, sejatinya, tidak pernah memiliki apa-apa. Tuhan hanya menitipkanmu untuk aku cintai.

Aku khawatir bila aku mencintaimu tidak dengan petunjuk-Nya. Aku takut ketika mencintaimu justru mengundang murka-Nya. Aku sudah berusaha sebaik-baiknya menjaga diri.

_ Semua masih tentang kamu, wanita luguku ({}) I MISS YOU :')