Monday, August 5, 2013

Langit yang Bercerita

Suatu hari, langit akan bercerita tentang banyak hal.

Tentang kekakuan ranting yang tumbuh dinamis, namun tetap berkesan statis.

Tentang angin yang mengelilingi bumi tanpa tahu dimana sumbernya. Air yang selalu kembali menjatuhi bumi, menyuburkan banyak hal. 

Semua tahu, ada selalu ada dan berdampingan dengan tiada. Layak api dan air. Layak panas dan teduh. Cinta dan benci.

Suatu hari, langit akan bercerita. Tentang tanah yang menjadi saksi bisu darah dan jasad. Tentang banyak hidup yang berakhir matinya banyak hal.
Tentang angin yang mengelilingi bumi tanpa tahu dimana sumbernya, tentang cinta yang lahir dihati tanpa tahu kapan datangnya :)
( Via : truegrey )

Kekayaan Emosi

Aku selalu kagum kepada orang yang memiliki kekayaan emosi yang melimpah, salah satu kekayaan yang hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang secara khusus diberikan ujian oleh Allah.

Kekayaan emosi ini membuat seseorang menjadi lebih arif dan bijaksana, menjadi lebih lembut dan penyayang, menjadi sosok manusia yang memiliki pandangan jauh daripada manusia pada umumnya.

Jika secara umum orang lain memandang mereka sebagai orang gagal atau orang yang patut dikasihani, bagiku tidak. Mereka adalah orang yang hebat dan kuat, karena tentu saja Allah tidak akan memberikan ujian seberat itu kepada orang yang tidak mampu memikulnya.

Aku ingin mengajak kalian untuk mengenal sebagian kecil dari mereka. Mereka memperoleh ujian bukan karena keinginannya, pun memperoleh kegagalan bukan karena mereka tidak mengusahakannya, tapi inilah letak pengalaman emosi. Pengalaman yang hanya bisa didapatkan ketika merasakannya sendiri ketika orang lain hanya sibuk berteori.

Perkenalkanlah, kepada temanku yang sejak masa kecil kehilangan orang tuanya. Darinya aku belajar tentang rasa sayang kepada orangtua dan rasa syukur. Dia telah menjadi pribadi yang sangat lembut kepada anak-anak, yang tutur katanya santun kepada orang tua. Yang mampu menentramkan temannya yang lain ketika salah satu orang tuanya meninggal dunia. Pengalaman emosinya sebagai seseorang yang sudah lama tanpa orang tua telah menjadikannya pribadi yang mandiri, pemberani, sekaligus penyayang.

Perkenalkanlah, kepada temanku yang hingga tahun ke-tiga selepas kelulusannya tidak diterima di satupun perguruan tinggi. Bukan karena dia malas, tapi memang belum rejekinya. Darinya aku belajar tentang penerimaan, tentang perjuangan, dan semangat. Aku melihatnya tumbuh menjadi pribadi yang tegar, pribadi yang optimis dan sangat yakin. Dia selalu marah-marah jika melihat teman sepertiku ini malas kuliah. Ditahun ketiganya dia mendapatkan apa yang dia perjuangkan. Pengalaman emosi yang dia dapatkan jelas lebih kaya daripada teman-teman yang tiba-tiba diterima dengan jalur pmdk/undangan, merasai jatuh bangun berkali-kali demi kampus negeri. Bagiku, dia hebat.

Perkenalkan pula kepada temanku yang merasakan betapa susahnya sekolah sambil kerja. Lahir dari keluarga kurang mampu tentu bukan keinginannya, tapi dia tidak menyerah. Dalam kesibukannya dia menyempatkan diri mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Kepadaku dia seirng bercerita tentang para pembeli dagangannya. Aku melihat binar ketegasan dan ketegaran dalam matanya. Darinya aku belajar tentang menghargai hidup, menghargai uang sesedikit apapun jumlahnya, menghargai makanan setidak enak apapun rasanya. Dia mengajarkanku banyak hal. Pengalaman emosinya sebagai seorang mahasiswa jelas diatas rata-rata. Kuliahnya terlambat dan bagiku itu bukanlah sebuah kegagalan, tapi sungguh sebuah perjalanan hebat.

Kepada temanku yang tidak lulus tepat waktu dengan segala masalahnya, terutama masalah ketidakcocokan jurusan, aku melihatnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih terbuka. Kelak ketika ia memiliki anak, dia tidak akan memaksakan kepada anaknya untuk memilih jurusan. Biarkan memilih sendiri sesuai kesukaan hatinya. Katanya pada sautu hari.

Pengalaman emosi yang tidak didapatkan oleh orang kebanyakan telah menjadikan teman-temanku ini orang yang luar biasa dalam pemahaman hidupnya. Nasihatnya lebih aku percayai. Pendapatnya berdasar pada pengalaman. Aku senang sekali berbagi pikiran dengan mereka.

Banyak hal yang aku pelajari, dan jika kita masih terkena masalah sedikit saja seperti tidak lolos seleksi kerja, tidak lolos sbmptn, tidak diterima beasiswa. Musibah meninggalnya kedua orang tua kita, musibah kehilangan harta benda, atau apapun itu. Percayalah semua itu adalah sebuah ujian untuk mendapatkan pengalaman emosi yang lebih. Allah menguji tidak pernah melebihi kapasitas hamba-Nya.
Dengan adanya masalah, kita harusnya tumbuh menjadi manusia yang lebih bijaksana dalam hidup. Menjadikan setiap pengalaman emosi yang kita dapatkan sebagai salah satu sarana mengatasi masalah-masalah hidup di masa yang akan datang.

Perkayalah emosi kita dengan pengalaman yang baik. :)
( Via : http://kurniawangunadi.tumblr.com/ )

Menyatakan Pikiran

Dalam bukunya ‘Falsafah Hidup’, Hamka memberikan salah satu penjelasan menarik tentang kesederhanaan. Salah satunya adalah kesederhanaan dalam menyatakan pikiran.

Sederhana adalah sikap hati terhadap segala sesuatu yang dimiliki, segala sesuatu yang akan diungkapkan adalah harta pikiran. Tidak berlebihan dan tidak kekurangan dalam menyampaikannya.

Setelah kita memiliki pikiran, kita bebas menyatakannya kepad orang lain. Alat menyatakan itu bisa secara lisan ataupun tulisan. Menyatakanpun mestilah melalui pertimbangan untuk mencapai kesederhanaan. Sebab kata-kata adalah bayangan pikiran, penentuan dalam dan dangkalnya pikiran seseorang.

Tulisan ataupun ucapan menjadi salah satu makanan jiwa kita, makan terbaik bagi jiwa dalah perkataan atau tulisan yang baik, yang memberikan kesejukan-ketenangan-pengetahuan bagi orang yang menerimanya.

Seorang yang piawai berbicara sehingga setiap perkataannya berdampak kepada pendengarnya haruslah memiliki budi yang baik, apabila tidak kebisaannya itu bisa jadi disalah gunakan, Seorang yang pandai menyatakan pikiran dalam tulisan pun harus memiliki budi yang lurus, agar setiap kata yang dituliskannya memberikan dampak yang positif kepada pembacanya.

Ketidakhati-hatian dalam dalam menyatakan pikiran bisa berdampak fatal. Saat ini banyak orang berbicara tanpa pertimbangan, atas nama demokrasi orang bebas menyatakan pendampat dan meskipun pendapat itu tanpa didasari pengetahuan sama sekali, hanya luapan emosi.

Saat ini pun banyak orang menyatakan pikirannya melalui tulisan namun tidak semua tulisan ini memberikan pemahaman yang baik kepada pembacanya. Tulisan yang menyesatkan yang dibaut dengan tujuan tertentu. Atau tulisan pop yang membuat aturan-aturan hidup dan agama menjadi bias.

Menyatakan pikiran mestilah melalui pertimbangan, sebab pikiran adalah buah dari himpunan seluruh pengetahuan-pengalaman-dan-maksud dari orang yang menyatakan.

Pikiran mestilah diikat dengan iman, keimanan ini akan membimbing pikiran tetap lurus pada jalannya. Jalur pikiran yang akan menyelamatkan orang tersebut. Pikiran biarlah terbang bebas namun jangan lupa ikat dia agar apabila dia hilang arah bisa kita tarik kembali.

Selamat menyatakan pikiran :) ( via : http://kurniawangunadi.tumblr.com/ )