Saturday, August 25, 2012

Bunda [T_T!]

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan

bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,

sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,

hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu Bunda, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.

“Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.”
 
Mereka mengira aku lah anakmu yang baik bagimu Bunda,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku anak  yang baik.

tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,

sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan Bunda, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaNya ….

Everytime I read this, I shed a tear (Memorial of my mom : 9 februari 2012)

hmm..

Membiarkan mu menangis sama saja, membiarkan mu pergi dengan perlahan.

Membiarkan mu merindukan ku dan tak ditanggapi sama saja membiarkan mu lelah untuk merindukan ku.

Sebenarnya, aku tak ingin kamu pergi begitu saja, terkadang kamu tak begitu sabar menghadapi aku yg cuek.

Ada alasan kenapa aku bisa cuek, karena aku terlalu sibuk ‘belum’ menyempatkan memberi kabar/perhatian. Hingga terlambat utk dimengerti