Aku selalu kagum kepada orang yang memiliki kekayaan emosi yang
melimpah, salah satu kekayaan yang hanya bisa diperoleh oleh orang-orang
yang secara khusus diberikan ujian oleh Allah.
Kekayaan emosi ini membuat seseorang menjadi lebih arif dan
bijaksana, menjadi lebih lembut dan penyayang, menjadi sosok manusia
yang memiliki pandangan jauh daripada manusia pada umumnya.
Jika secara umum orang lain memandang mereka sebagai orang gagal atau
orang yang patut dikasihani, bagiku tidak. Mereka adalah orang yang
hebat dan kuat, karena tentu saja Allah tidak akan memberikan ujian
seberat itu kepada orang yang tidak mampu memikulnya.
Aku ingin mengajak kalian untuk mengenal sebagian kecil dari mereka.
Mereka memperoleh ujian bukan karena keinginannya, pun memperoleh
kegagalan bukan karena mereka tidak mengusahakannya, tapi inilah letak
pengalaman emosi. Pengalaman yang hanya bisa didapatkan ketika
merasakannya sendiri ketika orang lain hanya sibuk berteori.
Perkenalkanlah, kepada temanku yang sejak masa kecil kehilangan orang
tuanya. Darinya aku belajar tentang rasa sayang kepada orangtua dan
rasa syukur. Dia telah menjadi pribadi yang sangat lembut kepada
anak-anak, yang tutur katanya santun kepada orang tua. Yang mampu
menentramkan temannya yang lain ketika salah satu orang tuanya meninggal
dunia. Pengalaman emosinya sebagai seseorang yang sudah lama tanpa
orang tua telah menjadikannya pribadi yang mandiri, pemberani, sekaligus
penyayang.
Perkenalkanlah, kepada temanku yang hingga tahun ke-tiga selepas
kelulusannya tidak diterima di satupun perguruan tinggi. Bukan karena
dia malas, tapi memang belum rejekinya. Darinya aku belajar tentang
penerimaan, tentang perjuangan, dan semangat. Aku melihatnya tumbuh
menjadi pribadi yang tegar, pribadi yang optimis dan sangat yakin. Dia
selalu marah-marah jika melihat teman sepertiku ini malas kuliah.
Ditahun ketiganya dia mendapatkan apa yang dia perjuangkan. Pengalaman
emosi yang dia dapatkan jelas lebih kaya daripada teman-teman yang
tiba-tiba diterima dengan jalur pmdk/undangan, merasai jatuh bangun
berkali-kali demi kampus negeri. Bagiku, dia hebat.
Perkenalkan pula kepada temanku yang merasakan betapa susahnya
sekolah sambil kerja. Lahir dari keluarga kurang mampu tentu bukan
keinginannya, tapi dia tidak menyerah. Dalam kesibukannya dia
menyempatkan diri mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Kepadaku dia
seirng bercerita tentang para pembeli dagangannya. Aku melihat binar
ketegasan dan ketegaran dalam matanya. Darinya aku belajar tentang
menghargai hidup, menghargai uang sesedikit apapun jumlahnya, menghargai
makanan setidak enak apapun rasanya. Dia mengajarkanku banyak hal.
Pengalaman emosinya sebagai seorang mahasiswa jelas diatas rata-rata.
Kuliahnya terlambat dan bagiku itu bukanlah sebuah kegagalan, tapi
sungguh sebuah perjalanan hebat.
Kepada temanku yang tidak lulus tepat waktu dengan segala masalahnya,
terutama masalah ketidakcocokan jurusan, aku melihatnya tumbuh menjadi
pribadi yang lebih terbuka. Kelak ketika ia memiliki anak, dia tidak
akan memaksakan kepada anaknya untuk memilih jurusan. Biarkan memilih
sendiri sesuai kesukaan hatinya. Katanya pada sautu hari.
Pengalaman emosi yang tidak didapatkan oleh orang kebanyakan telah
menjadikan teman-temanku ini orang yang luar biasa dalam pemahaman
hidupnya. Nasihatnya lebih aku percayai. Pendapatnya berdasar pada
pengalaman. Aku senang sekali berbagi pikiran dengan mereka.
Banyak hal yang aku pelajari, dan jika kita masih terkena masalah
sedikit saja seperti tidak lolos seleksi kerja, tidak lolos sbmptn,
tidak diterima beasiswa. Musibah meninggalnya kedua orang tua kita,
musibah kehilangan harta benda, atau apapun itu. Percayalah semua itu
adalah sebuah ujian untuk mendapatkan pengalaman emosi yang lebih. Allah
menguji tidak pernah melebihi kapasitas hamba-Nya.
Dengan adanya masalah, kita harusnya tumbuh menjadi manusia yang
lebih bijaksana dalam hidup. Menjadikan setiap pengalaman emosi yang
kita dapatkan sebagai salah satu sarana mengatasi masalah-masalah hidup
di masa yang akan datang.
Perkayalah emosi kita dengan pengalaman yang baik. :)
( Via : http://kurniawangunadi.tumblr.com/ )
No comments:
Post a Comment