Sunday, August 18, 2013

Tidak Setengah

Seringkali kita bermain kata-kata untuk membenarkan apa yang sebenarnya tidak benar. Untuk mendukung apa yang sebenarnya tidak mampu kita capai. Seperti aku sendiri pun begitu.

Seringkali aku mengatakan dalam satu pekerjaan, “belum optimal”. Mengapa tidak dikatakan “TIDAK optimal”, sebab kenyataannya memang tidak optimal. Dalam satu tugas aku mengatakan belum bisa, mengapa tidak dikatakan kalau memang “tidak bisa”. Karena kenyataannya memang tidak bisa.

Belum dan tidak yang aku ceritakan disini tidak berkaitan dengan proses kedepan yang belum sampai batas, tapi proses yang sedang terjadi dan sudah sampai batasnya.

Uang satu juta jika kurang 1 rupiah, mengapa dikatakan satu juta kurang 1 rupiah? Padahal kenyataannya tidaklah satu juta. Seperti orang yang terjebak macet dijalan, mengatakan alasannya terlambat karena terjebak, seolah-olah macet menjadi subjek yang disalahkan, mengapa tidak menyalahkan diri sendiri yang tidak mampu mengantisipasi macet?

Mengapa kita seringkali menggunakan kata-kata yang setengah-setengah, enggan mengakui kesalahan kita sendiri. Mencari kata terhalus untuk mengurangi kesalahan-kesalahan.

Katakanlah kepada dosen pembimbing jika kamu memang tidak rajin mengerjakan revisi, bukan “belum rajin”. Ketika dealine revisi telah ada dan kamu mengatakan “belum beres”, mengapa tidak dikatakan “tidak beres” dengan jujur, karena kenyataannya memang tidak beres ?

Jadikanlah setiap kata kita yang menjadi tindakan menjadi kata jelas, hitam adalah hitam - putih adalah putih. Buatlah setiap tindakan kita menjadi jelas, tidak setengah-setengah. Gelas yang diisi sepertiga air tentu bukan segelas air. Katakanlah dengan jujur, bahwa memang tidak segelas air.

Terlalu banyak orang yang menggunakan kata-kata demi memperhalus kesalahannya-ketidakmampuannya.

Rumah, 18 Agustus 2013
( Via : MASGUN)

No comments:

Post a Comment